Selasa, 06 September 2016

QURBAN SEBAGAI SPIRIT PERDAMAIAN


pagi ini memori sejarah kita membuka dirinya kembali, membawa kita pada kenangan ribuan tahun lalu. Pagi ini kita kenang lagi manusia-manusia agung yang telah menciptakan arus terbesar dalam sejarah manusia, membentuk arah kehidupan kita, dan membuat kita semua berkumpul di lapangan besar ini untuk sholat dan berdoa bagi mereka. Pagi ini kita agungkan lagi nama-nama besar itu: Nabi Ibrahim dan istrinya Hajar, Nabi Ismail dan Nabi Muhammad saw.
Mari kita renungkan bahwa lebih dari 4000 tahun lalu tiga manusia agung itu Ibrahim, Hajar dan Ismail berjalan kaki sejauh lebih dari 2000 km atau sejauh Balikpapan- Jakarta dari negeri Syam yang sekarang menjadi Syria, Palestina, Jordania dan Lebanon  menuju jazirah  tandus yang oleh Al Qur’an disebut sebagai lembah yang tak ditumbuhi tanaman apapun
Bayangkanlah bagaimana mereka memulai sebuah kehidupan baru tanpa siapa-siapa dan tanpa apa-apa.Bayangkanlah bagaimana mereka membangun ka’bah dan memulai peradaban baru. Bayangkanlah bagaimana 42 generasi dari anak cucu Ibrahim secara turun temurun hingga Nabi Muhammad saw. membawa agama Tauhid ini dan mengubah jazirah itu menjadi pusat dan pemimpin peradaban dunia. Sebagaiman do’a Ibrahim AS :
 “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah membawa sebagian dari keturunanku untuk tinggal di sebuah lembah yang tak tertumbuhi tanaman apapun, di sisi rumahMu yang suci..Ya Tuhan kami, itu agar mereka mendirikan sholat.. maka penuhilah hati sebagian manusia dengan cinta pada mereka..” ( Surat Ibrahim: 37).
Mari kita renungkan bagaimana jazirah yang tandus tak berpohon itu dihuni oleh hanya mereka bertiga dan kini berubah menjadi salah satu kawasan paling kaya dan makmur di muka bumi, persis seperti doa Ibrahim:
 “Dan ingatlah tatkala Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku jadikanlah negeri ini negeri yang aman, dan berilah rezeki kepada penduduknya berupa buah-buahan yang banyak..”(Surat Al Baqarah: 126)
Mari kita renungkan bagaimana Nabi Ibrahim bermunajat agar lembah itu diberkahi dengan menurunkan seorang nabi yang melanjutkan pesan samawinya, dan kelak Nabi Muhammad saw menutup mata rantai kenabian di lembah itu, lalu kini – 1500 tahun kemudian – agama itu diikuti sekitar 1,9 sampai 2,2 milyar manusia muslim, persis seperti doa Ibrahim:
 “Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (Surat Al Baqarah 129)
اللهُ اَكْبَرْ (2×) وَ للهِ اْلحَمْدُ
Dari peristiwa besar yang kita kenang adalah bagaimana pengorbanan Ismail AS putra Ibrahim yang dengan rela menjalankan perintah Allah yang diturunkn kepada Ibrahim AS, seteleh melalui proses musyawarah antara keduanya maka disepakati untuk dilaksanakan. Sementara Hajar sang ibu yang telah mengandung, melahirkan dan merawatnya di padang tandus (Makkah) harus rela untuk kehilangan putranya, sungguh berat ujian bagi ketiga manusia agung itu, hanya keimananlah yang membuat mereka mampu mengambil keputusan untuk mengorbankan putra semata wayangnya. Bukanlah suatu kepurusan mudah, proses yang sulit dan benar-benar-benar menguji keimanan, karena tidak pernah orang tua yang rela mengorbankan putra tercintanya untuk pembuktian sebuah keimanan. Namun Allah maha penyayang, ujian untuk Ibrahim AS dan keluarganya telah cukup dan Allah juga tidak menghendaki adanya pengorbanan yang tidak wajar maka Allah menggantikannya dengan seekor domba untuk disembelih.
Hadirin Aidon yang berbahagia,
Ismail kekenian tentu bukanlah putra dambaan yang kita sayangi, namun Ismail kekinian telah berubah menjadi kehormatan, kekayaan, jabatan dan kekuasaan yang banyak membuat hamba Allah menjadi terlena, terbuai dan terjerumuskan, sehingga pengorbanan Ibrahim, Hajar dan Ismail kini berubah menjadi pengorbanan dari apa yang kita miliki baik tangan, bahu hingga mahkota yang melingkar di setiap kepala kita, sehingga Qurban menjadi simbol keihklasan dalam mengabdikan diri kita kepada sang pencipta (khaliq). Qurban adalah simbol keberdayaan, kemampuan dan kejayaan. Selain itu Qurban juga menjadi simbol hamba Allah yang visioner jauh memandang ke depan, memandang ke depan bukan berarti mengabaikan sejarah, namun semangat Qurban adalah semangat menyongsong mas depan sebagaimana Ibrahim, Hajar dan Ismail yang membangun Makkah dari padang tandus, yang hanya dihuni oleh mereka bertiga, namun  kini menjadi tanah yang paling makmur di dunia, dari tanahnya muncul kekayaan alam dan sumber air yang diinginkan muslim seluruh dunia dan dari langitnya turun keberkahan, kita lihat Makkah tanpa dipromosikan telah menjadi kota yang paling banyak dikunjungi, setiap tahunnya lebih dari 5 juta manusia thawaf di sana dan kedepan setiap tahunnya diperkirakan akan dithawafi oleh lebih dari 12 juta manusia, sepanjang bulan jutaan manusia datang berumrah merindukan shalat di Masjid yang pelatakan batu pertamanya dilakukan oleh Ibrahim dan putranya Ismail.
Jadi tdk perlu kita ragukan lagi bahwa semangat berquran adalah semangat semangat membangun masa depan.

اللهُ اَكْبَرْ (2×) وَ للهِ اْلحَمْدُ
Hadirin Aidon yang berbahagia,
Mari kita renungkan bagaimana dari sebuah kampung kecil di Irak bernama Azar  Nabi Ibrahim datang seorang diri membawa agama samawi ini, melalui dua garis keturunan keluarga; satu garis dari istrinya Sarah yang menurunkan Ishak, Ya’kub hingga Isa, dan satu garis dari istrinya Hajar yang menurunkan Ismail hingga Muhammad, dan kini setelah lebih dari 4 millenium agama samawi itu Islam, Kristen dan Yahudi – dipeluk oleh lebih dari 5 milyar manusia. Bahkan literatur theologi telah mulai membuka tabir, agama ardi ( yg lahir dari bumi) yaitu Hindu juga merupakan penerus dari maqom Ibrahimi yang tidak tersentuh oleh nasab Ishaq dan Ismail, beberapa isltilah bila ditarik ke dalam istiah theologi Islam banyak mendapati kemiripan spt istilah Aria julukan pembawa risalah Hindu yang berasal dari Ariyan atau Aroyan yang merupakan, julukan dari nabi Ibrahim AS, sehingga sangat dinafikan ketika kaum muslimin tidak dapat menerima kehadiran dan eksitensi agama lain, terlepas dari risalah yang terputus atau mengalami “kadaluarsa” namun pada hakekatnya mereka masih saudara kita di dunia ini dan merupakan dari penerus risalah Ibrahim.
Sehingga dalam kesempatan ini kami dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kutai Timur, menyatakan :
1.     Sangat menyesalkan telah terjadinya sikap intoleransi seperti di Tanjung Balai Sumatra Utara dan turut mengutuk aksi provokasi yang mengakibatkan terjadinya kerusuhan horisontal dan cenderang salah sasaran.sebagai pintu masuk Islam pada masa permulaan yang kita dengan kerajaan Samudra Pasai sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara yang berpusat di Medan, tentu harus bisa menjadi contoh kehidupan multikultur, diterimanya Islam di Medan saat itu tentu tidak lepas dari kemampuan para pendakwah dalam berkolaborasi dengan kearifan lokal ( local wisdom) di sana.
2.     Mengutuk aksi penyerangan terhadap Gereja Katholik di Medan, terlepas benar atau tidak dari pemberitaan, bahwa Islam adalah agama Rahmatalilamin, tidaklah mungkin orang yang paham dengan ajaran Islam dengan benar menyerang kelompok agama lain yang sedang beribadah karena ini juga yang diwanti-wanti oleh Rasulullah ketika kaum Mauslimin hendak pergi berperang. Namun jika ini adalah rekayasa pihak tertentu yang tidak menginginkan kehidupan kerukunan beragama terjaga dengan baik di negeri ini, maka kami lebih mengutuk lagi karena ini adalah fitnah yang besar bagi umat Islam dan sangat merugikan umat Islam.
3.  Kutai Timur adalah daerah dengan kehidupan urban yang dinamis, orang  bisa bermigrasi datang dan keluar kapan saja, realita ini menjadikan Kutai Timur adalah daerah dengan multi kultur yang dinamis: kerukunan, toleransi dan penagakkan hukum adalah prioritas dalam mewujudkan Kutai Timur yang damai tanpa konflik seperti yang kita impikan.
اللهُ اَكْبَرْ (2×) وَ للهِ اْلحَمْدُ
Hadirin Aidon yang berbahagia, demikian sambutan yang apat kami sampaikan semoga bermanfaat bagi kita semua dan Kutai Timur pada umumnya.

“SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1437 H”
Waasalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar