pagi ini memori
sejarah kita membuka dirinya kembali, membawa kita pada kenangan ribuan tahun
lalu. Pagi ini kita kenang lagi manusia-manusia agung yang telah menciptakan
arus terbesar dalam sejarah manusia, membentuk arah kehidupan kita, dan membuat
kita semua berkumpul di lapangan besar ini untuk sholat dan berdoa bagi mereka.
Pagi ini kita agungkan lagi nama-nama besar itu: Nabi Ibrahim dan istrinya
Hajar, Nabi Ismail dan Nabi Muhammad saw.
Mari kita renungkan bahwa
lebih dari 4000 tahun lalu tiga manusia agung itu Ibrahim, Hajar dan Ismail
berjalan kaki sejauh lebih dari 2000 km atau sejauh Balikpapan- Jakarta dari
negeri Syam yang sekarang menjadi Syria, Palestina, Jordania dan Lebanon
menuju jazirah tandus yang oleh Al Qur’an disebut sebagai lembah
yang tak ditumbuhi tanaman apapun
Bayangkanlah bagaimana mereka memulai
sebuah kehidupan baru tanpa siapa-siapa dan tanpa apa-apa.Bayangkanlah
bagaimana mereka membangun ka’bah dan memulai peradaban baru. Bayangkanlah
bagaimana 42 generasi dari anak cucu Ibrahim secara turun temurun hingga Nabi
Muhammad saw. membawa agama Tauhid ini dan mengubah jazirah itu menjadi pusat
dan pemimpin peradaban dunia. Sebagaiman do’a Ibrahim AS :
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah membawa
sebagian dari keturunanku untuk tinggal di sebuah lembah yang tak tertumbuhi
tanaman apapun, di sisi rumahMu yang suci..Ya Tuhan kami, itu agar mereka
mendirikan sholat.. maka penuhilah hati sebagian manusia dengan cinta pada mereka..” ( Surat Ibrahim: 37).
Mari kita renungkan bagaimana jazirah
yang tandus tak berpohon itu dihuni oleh hanya mereka bertiga dan kini berubah
menjadi salah satu kawasan paling kaya dan makmur di muka bumi, persis seperti
doa Ibrahim:
“Dan ingatlah tatkala Ibrahim berkata: “Ya
Tuhanku jadikanlah negeri ini negeri yang aman, dan berilah rezeki kepada
penduduknya berupa buah-buahan yang banyak..”(Surat Al Baqarah: 126)
Mari kita renungkan bagaimana Nabi
Ibrahim bermunajat agar lembah itu diberkahi dengan menurunkan seorang nabi
yang melanjutkan pesan samawinya, dan kelak Nabi Muhammad saw menutup mata
rantai kenabian di lembah itu, lalu kini – 1500 tahun kemudian – agama itu
diikuti sekitar 1,9 sampai 2,2 milyar manusia muslim, persis seperti doa
Ibrahim:
“Ya
Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan
membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab
(Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (Surat Al Baqarah 129)
اللهُ اَكْبَرْ (2×) وَ للهِ
اْلحَمْدُ
Dari peristiwa
besar yang kita kenang adalah bagaimana pengorbanan Ismail AS putra Ibrahim
yang dengan rela menjalankan perintah Allah yang diturunkn kepada Ibrahim AS,
seteleh melalui proses musyawarah antara keduanya maka disepakati untuk
dilaksanakan. Sementara Hajar sang ibu yang telah mengandung, melahirkan dan
merawatnya di padang tandus (Makkah) harus rela untuk kehilangan putranya,
sungguh berat ujian bagi ketiga manusia agung itu, hanya keimananlah yang
membuat mereka mampu mengambil keputusan untuk mengorbankan putra semata
wayangnya. Bukanlah suatu kepurusan mudah, proses yang sulit dan
benar-benar-benar menguji keimanan, karena tidak pernah orang tua yang rela
mengorbankan putra tercintanya untuk pembuktian sebuah keimanan. Namun Allah
maha penyayang, ujian untuk Ibrahim AS dan keluarganya telah cukup dan Allah juga
tidak menghendaki adanya pengorbanan yang tidak wajar maka Allah
menggantikannya dengan seekor domba untuk disembelih.
Hadirin Aidon
yang berbahagia,
Ismail kekenian
tentu bukanlah putra dambaan yang kita sayangi, namun Ismail kekinian telah
berubah menjadi kehormatan, kekayaan, jabatan dan kekuasaan yang banyak membuat
hamba Allah menjadi terlena, terbuai dan terjerumuskan, sehingga pengorbanan
Ibrahim, Hajar dan Ismail kini berubah menjadi pengorbanan dari apa yang kita
miliki baik tangan, bahu hingga mahkota yang melingkar di setiap kepala kita,
sehingga Qurban menjadi simbol keihklasan dalam mengabdikan diri kita kepada
sang pencipta (khaliq). Qurban adalah simbol keberdayaan, kemampuan dan
kejayaan. Selain itu Qurban juga menjadi simbol hamba Allah yang visioner jauh
memandang ke depan, memandang ke depan bukan berarti mengabaikan sejarah, namun
semangat Qurban adalah semangat menyongsong mas depan sebagaimana Ibrahim,
Hajar dan Ismail yang membangun Makkah dari padang tandus, yang hanya dihuni oleh
mereka bertiga, namun kini menjadi tanah
yang paling makmur di dunia, dari tanahnya muncul kekayaan alam dan sumber air
yang diinginkan muslim seluruh dunia dan dari langitnya turun keberkahan, kita
lihat Makkah tanpa dipromosikan telah menjadi kota yang paling banyak
dikunjungi, setiap tahunnya lebih dari 5 juta manusia thawaf di sana dan
kedepan setiap tahunnya diperkirakan akan dithawafi oleh lebih dari 12 juta
manusia, sepanjang bulan jutaan manusia datang berumrah merindukan shalat di
Masjid yang pelatakan batu pertamanya dilakukan oleh Ibrahim dan putranya
Ismail.
Jadi tdk perlu
kita ragukan lagi bahwa semangat berquran adalah semangat semangat membangun
masa depan.
اللهُ اَكْبَرْ (2×) وَ للهِ
اْلحَمْدُ
Hadirin Aidon
yang berbahagia,
Mari kita renungkan
bagaimana dari sebuah kampung kecil di Irak bernama Azar Nabi Ibrahim datang seorang diri membawa
agama samawi ini, melalui dua garis keturunan keluarga; satu
garis dari istrinya Sarah yang menurunkan Ishak, Ya’kub hingga Isa, dan satu
garis dari istrinya Hajar yang menurunkan Ismail hingga Muhammad, dan kini
setelah lebih dari 4 millenium agama samawi itu Islam, Kristen dan Yahudi –
dipeluk oleh lebih dari 5 milyar manusia. Bahkan literatur theologi telah mulai
membuka tabir, agama ardi ( yg lahir dari bumi) yaitu Hindu juga merupakan
penerus dari maqom Ibrahimi yang tidak tersentuh oleh nasab Ishaq dan Ismail,
beberapa isltilah bila ditarik ke dalam istiah theologi Islam banyak mendapati
kemiripan spt istilah Aria julukan pembawa risalah Hindu yang berasal dari
Ariyan atau Aroyan yang merupakan, julukan dari nabi Ibrahim AS, sehingga
sangat dinafikan ketika kaum muslimin tidak dapat menerima kehadiran dan
eksitensi agama lain, terlepas dari risalah yang terputus atau mengalami
“kadaluarsa” namun pada hakekatnya mereka masih saudara kita di dunia ini dan
merupakan dari penerus risalah Ibrahim.
Sehingga dalam
kesempatan ini kami dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kutai Timur, menyatakan :
1.
Sangat
menyesalkan telah terjadinya sikap intoleransi seperti di Tanjung Balai Sumatra
Utara dan turut mengutuk aksi provokasi yang mengakibatkan terjadinya kerusuhan
horisontal dan cenderang salah sasaran.sebagai pintu masuk Islam pada masa
permulaan yang kita dengan kerajaan Samudra Pasai sebagai kerajaan Islam
pertama di Nusantara yang berpusat di Medan, tentu harus bisa menjadi contoh
kehidupan multikultur, diterimanya Islam di Medan saat itu tentu tidak lepas
dari kemampuan para pendakwah dalam berkolaborasi dengan kearifan lokal ( local
wisdom) di sana.
2.
Mengutuk
aksi penyerangan terhadap Gereja Katholik di Medan, terlepas benar atau tidak
dari pemberitaan, bahwa Islam adalah agama Rahmatalilamin, tidaklah mungkin
orang yang paham dengan ajaran Islam dengan benar menyerang kelompok agama lain
yang sedang beribadah karena ini juga yang diwanti-wanti oleh Rasulullah ketika
kaum Mauslimin hendak pergi berperang. Namun jika ini adalah rekayasa pihak
tertentu yang tidak menginginkan kehidupan kerukunan beragama terjaga dengan
baik di negeri ini, maka kami lebih mengutuk lagi karena ini adalah fitnah yang
besar bagi umat Islam dan sangat merugikan umat Islam.
3. Kutai Timur adalah daerah dengan
kehidupan urban yang dinamis, orang bisa
bermigrasi datang dan keluar kapan saja, realita ini menjadikan Kutai Timur
adalah daerah dengan multi kultur yang dinamis: kerukunan, toleransi dan
penagakkan hukum adalah prioritas dalam mewujudkan Kutai Timur yang damai tanpa
konflik seperti yang kita impikan.
اللهُ اَكْبَرْ (2×) وَ للهِ
اْلحَمْدُ
Hadirin Aidon
yang berbahagia, demikian sambutan yang apat kami sampaikan semoga bermanfaat
bagi kita semua dan Kutai Timur pada umumnya.
“SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1437 H”
Waasalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar